Kamis, 27 Maret 2014

Kala menutup mata



Akankah semua akan menjadi nyata kala aku menutup mata?
Atau akan kembali semula ketika aku membuka mata?
Hamparan logika yang tak berjumpa
Haruskah semua diakhiri, atau dilalui?
Seakan tak mau berganti, namun tak mau pergi
Hanya sedetik, jiwa ini mengarti

Senin, 24 Maret 2014

KETIKA TAK MAMPU MENJADI SEORANG PEMBUAT CERITA



Ketika kelemahan ini tiba-tiba menghampiri, hati tak mampu berkata-kata lagi. Dan seakan jiwa takbersama raga lagi. Bukan keputus-asaan yang terjadi, namun lelah yang tak kunjung berhenti. Pikiran dan lamunan beradu hingga menjadi satu, hingga terkadang logika yang ada diputar balikkan fakta.
Mengapa semuanya begini? Memang bukan aku sang pembuat mimpi. Dan juga bukan aku sang pembuat cerita. Namun ketika seolah menjadi seorang pemeran utama, ketika membaca naskah, terbesit rasa tak suka terhadap jalan cerita. Bukan ini yang aku mau. Bukan ini yang seharusnya aku lakukan.
Hingga kesadaran itu tiba, dan aku semakin tahu bagaimana menjadi seorang yang profesional. Bermain peran tak pandang lawan. Tak pandang cerita, dan mampu menyelesaikan tugas itu sampai sebuah cerita dapat dinikmati. Entah suka atau tidak, asal dalam setiap alurnya dapat kita nikmati, hal itu akan memberikan hasil yang lebih baik. Dari pada tidak sama sekali untuk mencoba menikmati.
Adakalahnya dalam sebuah peran,tokoh menjadi seorang yang sangat lemah bahkan sampai benar-benar terjatuh. Namun ada waktunya pula ketika sang tokoh menampakkan senyuman dan keahagiaan. Ikuti saja jalan ceritanya, dan mencoba menikmti setiap adegan dengan bersyukur.
Yogyakarta, 2014-03-24

Jumat, 21 Maret 2014

Bagaimana nasib bunga yang layu?



Ketika dia mulai muncul dalam pohonnya, sang pemilik yang memperhatikan mulai tersenyum senang dan menantikan. Berharap bunga itu mulai tumbuh dan berkembang.
Detik demi detik, hari demi hari pun berlalu. Sampai pada saatnya sang bunga mulai merebakkan kelopaknya. Sang pemilik pun meliriknya, dan ada sesuatu yang menjadikan dia menjadi begitu senang. Seakan itu adalah sebuah kehidupannya, setelah menantikannya beberapa waktu hingga mampu menemukan bunganya menari- nari bersama hembusan angin dan mentari.
Tak disangka, sang pemilik mengambil sebuah pisau, dan menggoreskannya pada batang yang tak bernoda itu. Mengambil dan menaruh setangkai bunga di tempat yang asing bagi sang bunga. Terpisah dari pohon yang melahirkannya, dan tergenang pada air yang tak berarus.
Dibalik kemekaran sang bunga, dia merasa asing dan menangis tanpa air mata. Ingin kembali, namun tak mungkin terjadi. Hanya mungkin satu hal yang ada dibenaknya, berbicara pada Sang Yang Kuasa agar biarlah rasa sedih yang ia alami membawa kebahagiaan bagi sang pemilik.
Tiba saatnya, kemekaran itu tak dapatdipertahankan. Semakin sedih sang bunga melihat nasibnya. Dan sampai suatu ketika, tangan indah sang pemilik menyentuh dan mengambilnya disertai tatapan yang iba dan kemudian melemparkan sang bunga ketempat yang sungguh tak dapat di banggakan.
Kini sang bungapun benar- benar menangis dan mengeluarkan seluruh air mata, hingga tak tersisa di tubuh keriputnya. Kering dan semakin tak terlihat sebagai sebatang bunga yang indah.
~~Jojakarta, 14 Des 2013~~
Ignatia Veni

Kamis, 20 Maret 2014

perkenalan aja :)

ceritanya ini baru bikin blog.. iseng sih, soalnya baru nungguin temen mau bikin makalah.
tapi orangnya gak nongol-nongol... aduuuh..
ya udah, iseng aja sama temenku (bukan sih) yang namanya Beatriks Ria Cintami, buat blog ini.
mudah-mudahan besok-besok isinya bermanfaat ya.. ahihihi ^_^