Senin, 24 Maret 2014

KETIKA TAK MAMPU MENJADI SEORANG PEMBUAT CERITA



Ketika kelemahan ini tiba-tiba menghampiri, hati tak mampu berkata-kata lagi. Dan seakan jiwa takbersama raga lagi. Bukan keputus-asaan yang terjadi, namun lelah yang tak kunjung berhenti. Pikiran dan lamunan beradu hingga menjadi satu, hingga terkadang logika yang ada diputar balikkan fakta.
Mengapa semuanya begini? Memang bukan aku sang pembuat mimpi. Dan juga bukan aku sang pembuat cerita. Namun ketika seolah menjadi seorang pemeran utama, ketika membaca naskah, terbesit rasa tak suka terhadap jalan cerita. Bukan ini yang aku mau. Bukan ini yang seharusnya aku lakukan.
Hingga kesadaran itu tiba, dan aku semakin tahu bagaimana menjadi seorang yang profesional. Bermain peran tak pandang lawan. Tak pandang cerita, dan mampu menyelesaikan tugas itu sampai sebuah cerita dapat dinikmati. Entah suka atau tidak, asal dalam setiap alurnya dapat kita nikmati, hal itu akan memberikan hasil yang lebih baik. Dari pada tidak sama sekali untuk mencoba menikmati.
Adakalahnya dalam sebuah peran,tokoh menjadi seorang yang sangat lemah bahkan sampai benar-benar terjatuh. Namun ada waktunya pula ketika sang tokoh menampakkan senyuman dan keahagiaan. Ikuti saja jalan ceritanya, dan mencoba menikmti setiap adegan dengan bersyukur.
Yogyakarta, 2014-03-24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar