Jumat, 21 Maret 2014

Bagaimana nasib bunga yang layu?



Ketika dia mulai muncul dalam pohonnya, sang pemilik yang memperhatikan mulai tersenyum senang dan menantikan. Berharap bunga itu mulai tumbuh dan berkembang.
Detik demi detik, hari demi hari pun berlalu. Sampai pada saatnya sang bunga mulai merebakkan kelopaknya. Sang pemilik pun meliriknya, dan ada sesuatu yang menjadikan dia menjadi begitu senang. Seakan itu adalah sebuah kehidupannya, setelah menantikannya beberapa waktu hingga mampu menemukan bunganya menari- nari bersama hembusan angin dan mentari.
Tak disangka, sang pemilik mengambil sebuah pisau, dan menggoreskannya pada batang yang tak bernoda itu. Mengambil dan menaruh setangkai bunga di tempat yang asing bagi sang bunga. Terpisah dari pohon yang melahirkannya, dan tergenang pada air yang tak berarus.
Dibalik kemekaran sang bunga, dia merasa asing dan menangis tanpa air mata. Ingin kembali, namun tak mungkin terjadi. Hanya mungkin satu hal yang ada dibenaknya, berbicara pada Sang Yang Kuasa agar biarlah rasa sedih yang ia alami membawa kebahagiaan bagi sang pemilik.
Tiba saatnya, kemekaran itu tak dapatdipertahankan. Semakin sedih sang bunga melihat nasibnya. Dan sampai suatu ketika, tangan indah sang pemilik menyentuh dan mengambilnya disertai tatapan yang iba dan kemudian melemparkan sang bunga ketempat yang sungguh tak dapat di banggakan.
Kini sang bungapun benar- benar menangis dan mengeluarkan seluruh air mata, hingga tak tersisa di tubuh keriputnya. Kering dan semakin tak terlihat sebagai sebatang bunga yang indah.
~~Jojakarta, 14 Des 2013~~
Ignatia Veni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar